Suatu malam, ketika hujan aku mengingatnya. Dia yang dulu
menemani hari-hari ku. Tidak lama. Tidak banyak kenangan. Tapi aku
merindukannya. Aku merindukan semua tentangnya. Tapi ada tanya yang tak terucap
dibalik kerinduanku. “Kenapa aku
merindukannya? Dia pernah membuatku kecewa. Kenapa harus dia yang ku rindukan?”
Dan tak kudapati jawaban dari pertanyaan itu. Yang jelas
ketika menulis ini aku sedang dihinggapi perasaan rindu. Tapi aku diam. Tanpa banyak
suara. Aku perindu yang baik. Merindukanmu, mengagumi sosok mu tanpa memaksakan
perasaan. Sesekali ku tengok handphone ku dan berharap ada sapaan hangat darimu
yang kadang-kadang kudapati typo dalam pesan singkatmu. Ya, aku merindukanmu dalam diamku. Bahkan untuk
sekedar menyapamu terlebih dahulu lewat pesan singkat aku tak mampu. Aku hanya
takut. Takut terjebak dalam sebuah perasaan yang dulu pernah hadir. Tapi aku
tidak ingin kecewa, lagi. Mungkin untuk sekedar ingin mengetahui kabarmu, aku
harus mengikutimu dari sudut maya.
Kamu tahu aku sempat
kecewa?
Kamu tahu apa yang ku
rasakan saat kau berkata bahwa kau menyukai SAHABATKU?
Kamu tahu apa yang aku
rasakan ketika kudapati kau telah bersamanya dengan dia yang dulu sempat
kucurigai? Hey kau! Bukankah kala itu kamu sedang dekat denganku, selalu
berusaha menarik perhatianku, selalu menyelipkan perhatian lewat pesan singkat
setiap malamnya. Tapi di sisi lain kau juga mendekati sahabatku, dan di sisi
lain kau masih mengharap mantanmu yang tiap pagi selalu membawakanmu bekal nasi
goreng. Tapi kenapa tiba-tiba kau bersamanya? Lantas arti dari setiap
perhatianmu itu apa? Ah, mungkin aku yang bodoh. Berharap terlalu tinggi. Hingga
kerasa sakitnya saat jatuh.
Kamu tahu rasanya jadi
aku?
Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu saat itu. Dan,
seminggu sudah ku dengar kau telah bersamanya. Tiba-tiba……
Dia yang telah bersamamu itu menulis sebuah catatan yang
mengharukan di salah satu jejaring sosial. Aku baca itu. Aku memang bukan dia. Tapi
aku merasakan apa yang dia rasakan. Setega itu kah kamu?
Dalam catatan nya ada beberapa kalimat yang cukup mengagetkanku
“2,5 tahun rasa sayangnya hilang dalam 10
hari”
Jadi benar apa yang dibilang temanmu. Dan kesimpulannya
sebelum bersamaku, kamu lebih dulu menginginkannya, tapi karna tak kamu dapati,
kamu mencari pelariannya. Jadi selama itu kamu tidak benar-benar menyayangiku. Ah,
aku sudah menduga dan aku bisa rasakan itu :’)
Saat kamu mengatakan bahwa kamu menyukai sahabatku, aku sakit lho :’)
And the tears stream
down my face. But, don’t worry all of my tears will be lost in the rain.
Selepas kamu mengatakan itu, malamnya kamu mengirimkan
sebuah pesan singkat untuk ku.
“FORGIVE ME”
Dan ku reply “YOU HURT
ME!”
Paginya aku jadi beda, baik itu pada mu maupun pada
sahabatku. Oh iya sahabatku, ini bukan yang pertama kali kamu melakukan hal
yang sama. Ah, sayangnya kamu tidak menyadarinya ya :*
Haha, iya, aku jadi beda pada mereka berdua. Aku diemin
mereka berdua. Kamu berkali-kali meminta maaf pada ku. Tapi sahabatku tak
kunjung jua menyadari kesalahannya. Ih lucu ya jaman-jamannya SMA dulu. Haha maklum
masih labil :D
Ah, sudahlah sebenarnya aku tidak ingin mengingat ini lagi. Ini
sakit lho :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar