Selasa, 02 September 2014

Yang Katanya Khayalanmu

Untuk sahabatku, Ajeng.

Jeng, kau selalu bercerita.
Tentang dia,
yang nyata, tapi kita anggap semu
Ya, sebab dia tak terlihat disampingmu

Lewat ceritamu,
Kita tahu satu hal,
Dia sungguh-sungguh padamu,
Meski kami anggap dia semu.

Dia pejuang, kami pikir.
Dia nyata, kami mangkir.
Tapi yang kami tahu,
dia sungguh-sungguh padamu.

Sayang, kau sempat kalap, Jeng.
Entah kau lelah atau lengah.
Dengan gesitnya kau berkemas.
Lalu singgah di gardu listrik.

Di gardu listrik yang kau anggap menarik
Kau rasakan kenyamanan, yang baru
Meski yang semu tetap memanggil,
kau hiraukan, tapi dia tak patah arang.
Sebab yang semu adalah pejuang.

Kau terlalu nyaman di gardu listrik, Jeng.
hingga tak sadar mendung tlah mendayung,
menuju lautan kenyamananmu.

Mendung tlah bermetamorfosis menjadi hujan.
Kau kedinginan, bukan?
Ya, kehujanan di gardu listrik.
Tapi yang semu datang melirik,
memayungimu.

Ku bilang "Jangan lagi kau singgah di sana, Jeng!"
Mungkin, jika kau tetap bertengger di sana,
selain kehujanan, boleh jadi kau disengat olehnya.

Untungnya, yang semu gesit.
Memayungimu, menjemputmu di tengah derasnya hujan.
Hingga kau sadar
yang baru takkan seperti yang lama,
pun jika itu lebih menakjubkan.

Berlama-lama lah dalam kesemuanmu, Jeng.
Dia sungguh-sungguh
Sebab yang semu adalah petangguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar